Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2016

surat untuk diriku lima tahun mendatang

SURAT UNTUK DIRIKU LIMA TAHUN MENDATANG Untuk anggunku yang kini berusia 23 tahun             Hay anggun. Mungkin hari ini, kamu sedang berada di Jerman. Membaca surat ini disela sela waktu yang engkau miliki sebagai seorang petualang. Pemimpi yang entah bagaimana akan berakhir. Entah apa alasanmu menginginkan Jerman dan itu sedari kecil sejak engkau menunjuk kota indah kepada Ibumu di lembar koran. Mungkin kamu sudah menginjak kota itu sekarang. Tempat yang sejak itu engkau cari, Frankfurt di Berlin. Engkau berjanji didalam doamu, menggenggam sebelah tangan kedua orangtuamu dan menuntun mereka kesana. Sayang ya, Tuhan malahan membawa ayahmu ketempat yang lebih indah dari Frankfurtmu. Entah itu pilihan ayahmu atau pilihan Tuhan, yang pasti mereka berdua bersama sekarang. Sehingga kamu hanya menggenggam satu tangan. Kamu bahkan sudah berubah. Berubah menjadi wa...
inilah puisi yang yang akan selalu mengingatkanku kepada ayah. dan kepada mereka yang sama sepertiku Ayah Katanya Kau berlari membopong dunia kerumah Mengayuh tubuh menjulang dan me nggali Mengikuti waktu menunggu umur menua Badan berdesakan dalam kerumunan musim Tunduk dalam keseharian penuh pilu kekosongan Barangkali Awan menjatuhkan air mata hanya pada pekarangan Ditampung demi rupiah per cawan Senyummu lebih banyak dari sejumlah rupiah Tertawa menaikkan hasil seretan dahaga Ada sepuluh pupil dan dua buah tangan menengadah Menunggu tenang buah ranum dibawa kerumah Pemilik fajar belajar menaklukkan derita membanting tulang Menjulang dan menggali tubuh Menunggu perasan embun pertanda rezeki Sedangkan wajah terbata bata beranjak Dihadapan mulut kecil mulai dewasa Padahal dia pemimpin kerajaan rumah Dibangun diatas sebidang semak belukar Siapa yang tahu. Itu akan disita pemerintah Dia pencari nafkah, bukan penakluk negara Meniti...