surat untuk diriku lima tahun mendatang
SURAT UNTUK DIRIKU LIMA TAHUN
MENDATANG
Untuk anggunku yang kini berusia
23 tahun
Hay anggun. Mungkin hari ini, kamu
sedang berada di Jerman. Membaca surat ini disela sela waktu yang engkau miliki
sebagai seorang petualang. Pemimpi yang entah bagaimana akan berakhir. Entah
apa alasanmu menginginkan Jerman dan itu sedari kecil sejak engkau menunjuk
kota indah kepada Ibumu di lembar koran. Mungkin kamu sudah menginjak kota itu
sekarang. Tempat yang sejak itu engkau cari, Frankfurt di Berlin. Engkau
berjanji didalam doamu, menggenggam sebelah tangan kedua orangtuamu dan
menuntun mereka kesana. Sayang ya, Tuhan malahan membawa ayahmu ketempat yang
lebih indah dari Frankfurtmu. Entah itu pilihan ayahmu atau pilihan Tuhan, yang
pasti mereka berdua bersama sekarang. Sehingga kamu hanya menggenggam satu tangan.
Kamu
bahkan sudah berubah. Berubah menjadi wanita dewasa yang mempesona. Namun aku
berharap, senyum ramah dan kesederhanaanmu masih terpelihara. Aku sangat bangga
kamu mampu melalui duka dan kesedihan. Terutama kejatuhanmu yang sering
diiringi dengan tetesan air mata. Jauh dari orangtua, merasa tidak berguna,
kuliah yang menjenuhkan, kuliah yang memuakkan hingga kamu hanya mengangguk
dalam doa memohon dikuatkan. Selamat! Kamu berhasil bertahan dalam
keterpurukan. Kamu menang! Aku turut bahagia atas kelulusanmu.
Anggunku yang kini berumur 23 tahun.
Bagaimanakah kabarmu? Engkau telah mendapatkan balasan dari air matamu bukan?
Sebenarnya aku tidak bermaksud mengingatkan, hanya saja ini perlu engkau
simpan. Masihkah bayangan kaki itu
melintas di dalam ingatanmu? Kakimu yang tidak pernah diam melangkah. Melangkah
kemanapun engkau ingin berhenti untuk melihat. Melangkah karena matamu tidak diam
untuk berkedip. Melangkah untuk menyapa orang dan tersenyum kepada mereka.
Padahal kamu tidak mengenal siapa mereka dan tidak paham apa yang kamu dapatkan
dari perbuatanmu. Ada kalanya senyummu terbalaskan, kamu merasa puas. Ada
kalanya senyummu tidak bermakna, tidak berguna.
Kamu
hanya anak biasa dari keluarga sederhana. Ketika remaja lain berkelana dengan
teknologi canggih, engkau hanya duduk terdiam dengan buku motivasi china.
Ketika remaja tertawa menceritakan perjalanan wisata mereka, engkau hanya
bercerita puas bagaimana membantu ibumu di sawah. Ketika remaja lain menikmati
manjaan seorang ayah, engkau menikmati kemandirian karena sudah terbiasa. Dan
ketika remaja lain bebas memilih tujuan mereka, kamu masih memegang motivasi
china karena isinya nasihat seorang ayah.
waktu begitu cepat berlalu bukan?
Sepertinya kemarin engkau masih berumur 18 tahun. Aku sangat penasaran dengan
pria yang membuatmu berharga. Sudahkah engkau temukan dirinya? Hahahahaha, aku
tidak lupa bahwa dirimu pemalu. Tetapi, waktu telah mengajarkanmu akan
keberanian, ketekunan dan keyakinan. Anggun yang pemalu itu sudah terkubur oleh
masa depan yang cerah. Walau demikian, sebanyak apapun waktu berlalu dan sejauh
apapun jalan yang engkau lalui, engkau adalah wanita yang telah ditinggal
seorang ayah dari kecil. Carilah pria itu, yang akan memberikan kasih sayang
ayah untukmu. Yang menganggapmu sebagai anugerah dari Tuhan dan yang akan
selalu menemani jalanmu.
Jiwaku,
waktu masih panjang dan harapanmu belum sepenuhnya terucapkan. Berjanjilah
untukku bahwa engkau akan meraihnya. Mimpimu kini semakin banyak , terutama
wanita tua itu yang selalu engkau bawakan dalam doa. Peluklah dia dan hapus air
mata kerinduannya. Ini adalah coretan masa lalu dari jutaan lembar ceritamu.
Ingat.. akan kutagih kesuksesanmu lima tahun berikutnya.
Komentar
Posting Komentar